Sabtu, 22 Desember 2012

Senja, Pelabuhan, Kamu, dan Dia

Suatu sore, menjelang senja, aku kembali menjelajahi pelabuhan. Membawa kamera kesayanganku, dan tentunya berjalan kesana-kemari untuk mencari objek gambar yang bagus. Di sela-sela jepretanku, aku melihat sosok yang begitu kukenal sedang duduk sendiri di sudut pelabuhan. Ya, dia adalah Romi. Seorang cowok yang sudah sejak lama aku cintai.
Aku mencoba mendekatinya, dan dia mengetahui kedatanganku. “Hai, Ami.” sapanya. “Hai juga, Rom. Boleh duduk di sini ?” tanyaku. “Boleh kok, duduk aja.” Romi tersenyum manis sekali sambil mempersilakan aku duduk di sampingnya. “Kamu lagi ngapain di sini ?” tanyanya. “Biasa ... jepret-jepret. Kalau kamu ?” jawabku sembari menunjukkan kameraku padanya. “Emm ... “ Romi memintaku untuk melihat ke arah yang ditunjuk oleh jemarinya. Aku tertegun. Yang aku lihat adalah seorang cewek cantik yang sedang berlari menuju ke arah kami. “Aku bersamanya.” kata Romi. Cewek itu terus memanggil Romi dari kejauhan. “Romi... aku baru saja mengambil bunga dari sana. Iniii, cantik kan ? ” Cewek itu menyodorkan seikat bunga warna-warni yang cantik.
Romi berdiri, mengambil bunga yang telah diikat rapi oleh cewek itu. Lalu mereka ... berpelukan. Aku hanya bisa tersenyum pahit. Bagaimana tidak ? Aku sudah lama mencintai Romi. Dan selama ini hubungan kami sangat dekat. Yang aku tahu, Romi tidak pernah mempunyai teman dekat selain aku. Tapi cewek itu, siapa dia ?
Lamunanku buyar. Romi mulai memperkenalkan cewek itu. “Ami ... berdiri dong. Kenalin, ini Mega. Pacarku ...” Tubuhku mendadak lemas mendengarnya. Aku menatap Romi dalam-dalam seolah meminta penjalsan sedetail mungkin atas semua ini. “Hey, Am ... kok bengong ?” Romi mengayunkan tangannya tepat di depan wajahku yang mendadak kusut. “Eh iya maaf ... aku Ami. Senang berkenalan denganmu.” kataku lirih sembari menjabat tangan Mega.
Aku memberikan senyum termanisku pada Mega, walau terkesan dipaksakan. Kami bertiga emudian duduk bersama di pelabuhan, mengobrol sekenanya. Tiba-tiba, aku mulai cemburu dengan kedekatan mereka berdua. Aku tak ingin berlama-lama berada di tempat ini. Akhirnya aku putuskan untuk pergi menjauh dari mereka. Aku pulang.
Apapun usaha yang aku lakukan untuk tetap terlihat tegar di hadapan mereka, aku tetaplah seorang wanita yang akan terluka bila melihat orang yang dicintainya bersama dengan orang lain, di depan mata.
“Senja, pelabuhan, kamu, dan dia adalah hal yang ingin aku lupakan secepatnya.” batinku.

Minggu, 16 Desember 2012

Aku masih ingat dengan jelas, kawan...


Aku masih ingat tentang tangisan itu
Aku masih ingat tentang rasa sakit itu
Waktu itu aku nyaris menyerah
Aku nyaris merobek kertas itu dan membuangnya di tempat sampah
Mereka semua tertawa, sedangkan aku ? 
Aku mengunci diri di kamar mandi, dan tiba-tiba keluar dengan  mata sembab
Tuhan tahu tentangku, dan tentang kalian
Tuhan juga tahu tentang ketidakjujuran itu