Suatu sore, menjelang senja, aku kembali
menjelajahi pelabuhan. Membawa kamera kesayanganku, dan tentunya berjalan
kesana-kemari untuk mencari objek gambar yang bagus. Di sela-sela jepretanku, aku
melihat sosok yang begitu kukenal sedang duduk sendiri di sudut pelabuhan. Ya,
dia adalah Romi. Seorang cowok yang sudah sejak lama aku cintai.
Aku mencoba mendekatinya, dan dia
mengetahui kedatanganku. “Hai, Ami.” sapanya. “Hai juga, Rom. Boleh duduk di
sini ?” tanyaku. “Boleh kok, duduk aja.” Romi tersenyum manis sekali sambil
mempersilakan aku duduk di sampingnya. “Kamu lagi ngapain di sini ?” tanyanya. “Biasa
... jepret-jepret. Kalau kamu ?” jawabku sembari menunjukkan kameraku padanya. “Emm
... “ Romi memintaku untuk melihat ke arah yang ditunjuk oleh jemarinya. Aku
tertegun. Yang aku lihat adalah seorang cewek cantik yang sedang berlari menuju
ke arah kami. “Aku bersamanya.” kata Romi. Cewek itu terus memanggil Romi dari
kejauhan. “Romi... aku baru saja mengambil bunga dari sana. Iniii, cantik kan ?
” Cewek itu menyodorkan seikat bunga warna-warni yang cantik.
Romi berdiri, mengambil bunga yang telah
diikat rapi oleh cewek itu. Lalu mereka ... berpelukan. Aku hanya bisa
tersenyum pahit. Bagaimana tidak ? Aku sudah lama mencintai Romi. Dan selama
ini hubungan kami sangat dekat. Yang aku tahu, Romi tidak pernah mempunyai
teman dekat selain aku. Tapi cewek itu, siapa dia ?
Lamunanku buyar. Romi mulai
memperkenalkan cewek itu. “Ami ... berdiri dong. Kenalin, ini Mega. Pacarku
...” Tubuhku mendadak lemas mendengarnya. Aku menatap Romi dalam-dalam seolah
meminta penjalsan sedetail mungkin atas semua ini. “Hey, Am ... kok bengong ?”
Romi mengayunkan tangannya tepat di depan wajahku yang mendadak kusut. “Eh iya maaf
... aku Ami. Senang berkenalan denganmu.” kataku lirih sembari menjabat tangan
Mega.
Aku memberikan senyum termanisku pada
Mega, walau terkesan dipaksakan. Kami bertiga emudian duduk bersama di
pelabuhan, mengobrol sekenanya. Tiba-tiba, aku mulai cemburu dengan kedekatan
mereka berdua. Aku tak ingin berlama-lama berada di tempat ini. Akhirnya aku
putuskan untuk pergi menjauh dari mereka. Aku pulang.
Apapun usaha yang aku lakukan untuk
tetap terlihat tegar di hadapan mereka, aku tetaplah seorang wanita yang akan
terluka bila melihat orang yang dicintainya bersama dengan orang lain, di depan
mata.
“Senja, pelabuhan,
kamu, dan dia adalah hal yang ingin aku lupakan secepatnya.” batinku.