Ketika saya masuk perkuliahan tahun kedua, saya sempat berpikir "Apakah saya bisa menyelesaikan tugas akhir saya tepat waktu?" Statistika bukanlah jurusan yang saya inginkan. Saya lemah dalam pelajaran matematika dan saya tidak suka dengan hal yang berhubungan dengan komputasi. Tapi anehnya, nilai matematika saya adalah yang paling stabil. Karena itulah, guru saya menyarankan agar saya masuk Jurusan Statistika.
Sejak kecil, saya suka dunia sastra. Membaca, menulis cerita pendek dan menulis puisi adalah kegemaran saya. Sampai saya punya satu buku khusus untuk menulis cerpen maupun puisi. Sekarang buku itu pun masih tersimpan. Saya selalu bermimpi menjadi sastrawan hebat yang menulis buku-buku best seller.
Menjelang akhir masa SMP, saya mulai menyukai pelajaran Biologi. Bahkan saya sempat ikut OSN Biologi tingkat kabupaten. Namum belum membuahkan hasil. Masuk SMA pun saya memilih ekskul OSN Biologi. Dari situlah, saya mempunyai keinginan untuk menjadi dokter. Ditambah lagi, ketika kelas 1 smt 2, saya mengikuti kegiatan tour di FK UGM. Sepulang dari kegiatan tersebut, keinginan saya untuk masuk FK semakin besar.
Saya menyadari bahwa saya bukan berasal dari keluarga yang berada. Menjelang akhir kelas X, saya mulai menyerah dengan mimpi saya menjadi dokter. Sempat berpikir untuk masuk Jurusan Sastra Inggris atau jurusan yang dapat mengasah passion saya dalam bidang penulisan. Namun bapak saya berkata, "Kalau ilmu seperti itu kan bisa dipelajari otodidak, jadi belajarlah yang lain."
Sejak itu, saya pun mulai bingung. Sampai akhirnya, pernah suatu hari saya bermimpi. Saya merasa yakin bahwa Statistika adalah pilihan yang terbaik. Menurut saya, Statistika itu fleksibel. Peluang kerjanya luas, bisa masuk di semua bidang. Sehingga keesokan harinya, ketika hari pendaftaran terakhir untuk SNMPTN, saya memutuskan dengan mantap untuk memilih Jurusan Statistika.
Saya kembali bingung menentukan di univ mana saya akan mendaftar. Saya pernah bercerita ke teman saya, "Pokoknya saya menghindari IPB dan ITS." Kenapa? Karena IPB lokasinya di Jawa Barat dan itu jauh dari rumah. Sedangkan ITS, banyak yang bilang kalau lulusan univ di Jawa Timur akan susah mencari pekerjaan. Namanya juga anak SMA yang baru selesai UN, belum memperoleh pencerahan, jadi pemikirannya masih sempit.
Sebelum memutuskan di univ mana saya akan mendaftar, saya mulai menghitung peluang saya diterima. Kaaan sudah mencerminkan anak Statistika, bahkan sebelum mendaftar hehehe. Ketika itu, belum banyak teman saya yang mendaftar di ITS. Apalagi di Statistika. Dan ketika itu, saya searching bahwa Jurusan Statistika ITS adalah Jurusan Statistika terbaik di Indonesia setelah Statistika IPB.
Daaan mantaplah saya untuk mendaftar di Jurusan Statistika ITS. Hingga akhirnyaaa, alhamdulillah saya diterima lewat jalur SNMPTN. Saya merasa, saya benar-benar beruntung karena pada saat itu ada dua teman saya yang juga mendaftar di jurusan yang sama. Dan peringkat saya adalah yang paling rendah. Namun belajar di ITS adalah rejeki kami, kami bertiga sama-sama masuk di jurusan dan univ yang sama.
Meskipun terlihat tidak mungkin, namun bila sudah rejeki pasti tidak akan tertukar. Pun dengan jodoh, jika ditakdirkan milikmu, seberat apapun jalan kalian pasti akan bertemu juga dan tidak akan tertukar. Ini apa ya sampai nyangkut ke jodoh hiks. Daaan satu lagi, apa yang kita sukai, bisa jadi itu bukan yang terbaik untuk kita. Atau sebaliknya, apa yang tidak kita sukai, bisa jadi itu justru yang terbaik untuk kita.
Pokoknya jangan pernah berhenti untuk mengusahakan yang terbaik dan berdoa, tentu saja. Karena bisa jadi, keberuntungan yang kita peroleh saat ini adalah akumulasi dari hal-hal baik yang kita lakukan sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar