Senin, 21 Agustus 2017

Sepenggal Kisah Menuju Bangku Perkuliahan

Ketika saya masuk perkuliahan tahun kedua, saya sempat berpikir "Apakah saya bisa menyelesaikan tugas akhir saya tepat waktu?" Statistika bukanlah jurusan yang saya inginkan. Saya lemah dalam pelajaran matematika dan saya tidak suka dengan hal yang berhubungan dengan komputasi. Tapi anehnya, nilai matematika saya adalah yang paling stabil. Karena itulah, guru saya menyarankan agar saya masuk Jurusan Statistika.

Sejak kecil, saya suka dunia sastra. Membaca, menulis cerita pendek dan menulis puisi adalah kegemaran saya. Sampai saya punya satu buku khusus untuk menulis cerpen maupun puisi. Sekarang buku itu pun masih tersimpan. Saya selalu bermimpi menjadi sastrawan hebat yang menulis buku-buku best seller.

Menjelang akhir masa SMP, saya mulai menyukai pelajaran Biologi. Bahkan saya sempat ikut OSN Biologi tingkat kabupaten. Namum belum membuahkan hasil. Masuk SMA pun saya memilih ekskul OSN Biologi. Dari situlah, saya mempunyai keinginan untuk menjadi dokter. Ditambah lagi, ketika kelas 1 smt 2, saya mengikuti kegiatan tour di FK UGM. Sepulang dari kegiatan tersebut, keinginan saya untuk masuk FK semakin besar.

Saya menyadari bahwa saya bukan berasal dari keluarga yang berada. Menjelang akhir kelas X, saya mulai menyerah dengan mimpi saya menjadi dokter. Sempat berpikir untuk masuk Jurusan Sastra Inggris atau jurusan yang dapat mengasah passion saya dalam bidang penulisan. Namun bapak saya berkata, "Kalau ilmu seperti itu kan bisa dipelajari otodidak, jadi belajarlah yang lain."

Sejak itu, saya pun mulai bingung. Sampai akhirnya, pernah suatu hari saya bermimpi. Saya merasa yakin bahwa Statistika adalah pilihan yang terbaik. Menurut saya, Statistika itu fleksibel. Peluang kerjanya luas, bisa masuk di semua bidang. Sehingga keesokan harinya, ketika hari pendaftaran terakhir untuk SNMPTN, saya memutuskan dengan mantap untuk memilih Jurusan Statistika.

Saya kembali bingung menentukan di univ mana saya akan mendaftar. Saya pernah bercerita ke teman saya, "Pokoknya saya menghindari IPB dan ITS." Kenapa? Karena IPB lokasinya di Jawa Barat dan itu jauh dari rumah. Sedangkan ITS, banyak yang bilang kalau lulusan univ di Jawa Timur akan susah mencari pekerjaan. Namanya juga anak SMA yang baru selesai UN, belum memperoleh pencerahan, jadi pemikirannya masih sempit.

Sebelum memutuskan di univ mana saya akan mendaftar, saya mulai menghitung peluang saya diterima. Kaaan sudah mencerminkan anak Statistika, bahkan sebelum mendaftar hehehe. Ketika itu, belum banyak teman saya yang mendaftar di ITS. Apalagi di Statistika. Dan ketika itu, saya searching bahwa Jurusan Statistika ITS adalah Jurusan Statistika terbaik di Indonesia setelah Statistika IPB.

Daaan mantaplah saya untuk mendaftar di Jurusan Statistika ITS. Hingga akhirnyaaa, alhamdulillah saya diterima lewat jalur SNMPTN. Saya merasa, saya benar-benar beruntung karena pada saat itu ada dua teman saya yang juga mendaftar di jurusan yang sama. Dan peringkat saya adalah yang paling rendah. Namun belajar di ITS adalah rejeki kami, kami bertiga sama-sama masuk di jurusan dan univ yang sama.

Meskipun terlihat tidak mungkin, namun bila sudah rejeki pasti tidak akan tertukar. Pun dengan jodoh, jika ditakdirkan milikmu, seberat apapun jalan kalian pasti akan bertemu juga dan tidak akan tertukar. Ini apa ya sampai nyangkut ke jodoh hiks. Daaan satu lagi, apa yang kita sukai, bisa jadi itu bukan yang terbaik untuk kita. Atau sebaliknya, apa yang tidak kita sukai, bisa jadi itu justru yang terbaik untuk kita.

Pokoknya jangan pernah berhenti untuk mengusahakan yang terbaik dan berdoa, tentu saja. Karena bisa jadi, keberuntungan yang kita peroleh saat ini adalah akumulasi dari hal-hal baik yang kita lakukan sebelumnya.

Selasa, 08 Agustus 2017

Thank You

A year ago
thank you for the happiness and pain,
thank you for everything.

Aku kira, ini akan sulit
Terbiasa berbagi apapun bersama, meski dalam jarak
Namun tiba-tiba semua berubah

Tiga puluh lima hari yang aku tak tahu bagaimana
Mengubah kamu, mengubah aku dan mengubah kita
Mengubah apa yang kita sebut, rasa

Janji yang aku kira sungguh, ternyata hanya angin lalu
Dua tahun yang penuh harap, ternyata harus direlakan juga
Tuhan memang maha membolak-balikkan hati

Semua memang tak sesulit yang aku bayangkan
Sakit pasti terasa, hingga teramat benci pada apa-apa tentang kamu
Berpikir apakah aku bisa untuk kembali berdiri

Namun mengikhlaskan dan mencoba untuk berdamai,
aku baik-baik saja karena itu
Once again, thank you.

Senin, 31 Juli 2017

setelah hari itu

Setelah hari itu, malamku terasa lebih panjang
Pikiranku penuh dengan banyak tanda tanya
Aku berulang kali berganti posisi tidur, resah

Setelah hari itu, dadaku sesak menahan getir
Mataku basah tak tertahankan
Rasa sakit itu menikam sempurna ulu hatiku

Setelah hari itu, aku mengutuk diriku sendiri
Terlalu percaya untuk menyerahkan harapan-harapan indah
Yang nyatanya tak pernah sekalipun dianggap

Dan setelah hari itu, aku berjanji akan terus berjalan
Meski telah jauh ditinggalkan, aku berjanji akan baik-baik saja

Jumat, 30 Juni 2017

Perjalanan cinTAku #4

Memang benar apa yang dikatakan oleh dosen pembimbing dan beberapa senior saya bahwa ada beberapa kasus dimana proposal skripsi akan berbeda dengan hasil analisis. Penelitian yang saya ajukan memang sama dengan penelitian empat tahun yang lalu, baik topik, metode maupun pemilihan variabel. Namun ada beberapa variabel yang saya hilangkan.

Salah satu dosen penguji saya agar saya membedakan penelitian saya dengan penelitian sebelumnya. Akhirnya, setelah berdiskusi dengan dosen pembimbing saya, saya memutuskan untuk menambahkan metode pada pebelitian saya. Ketika seminar proposal, metode yang saya gunakan adalah regresi probit biner. Namum setelah seminar proposal, saya menambahkan metode efek interaksi.

Proposal skripsi memang hanya sebatas usulan penelitian. Faktanya, setelah dilakukan analisis, banyak sekali hal yang tidak sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Contohnya penelitian saya, setelah saya lakukan analisis, ternyata hanya ada satu variabel yang berpengaruh terhadap model. Padahal secara teori, variabel yang saya gunakan semuanya berpengaruh terhadap TPAK perempuan.

Saya tidak kehabisan akal, saya mencoba mencari beberapa alternatif variabel untuk bahan percobaan. Hingga saya bolak-balik ke BPS Provinsi Jawa Timur untuk mencari data. Namun hasilnya nihil, tetap saja hanya satu variabel yang berpengaruh. Saya hampir saja putus asa, namun dosen pembimbing membantu saya. Beliau menyarankan agar saya melakukan analisis cluster untuk mengelompokkan faktor-faktor sosial, ekonomi, demografi dan pendidikan. Saran beliau saya lakukan, dan hasilnya sama saja.

Lalu beliau menyarankan untuk melakuakn analisis faktor guna mengetahui variabel mana saja yang paling dominan dalam mempengaruhi TPAK perempuan. Saya menuruti apa saran dosen saya. Namun ketika itu, saya memutuskan untuk pulang kampung terlebih dahulu, karena saya sudah lama tidak pulang. Dan sejujurnya, waktu itu saya juga merasa sangat jenuh dengan skripsi saya yang bermasalah.

Sesampainya di rumah, saya malah demam tinggi hingga beberapa hari. Ibu saya melarang saya untuk mengerjakan skripsi saya sampai saya benar-benar sembuh. Hampir dua minggu di rumah, saya pun tidak mengerjakan apa-apa. Saya kembali ke Surabaya dengan tangan hampa. Begitu kalau diibaratkan. Padahal rencananya saya ingin mencicil analisis yang disarankan oleh dosen saya. Tapi apa daya, mungkin memang disuruh istirahat dulu di rumah.

Analisis faktor sudah saya lakukan, dan hasilnya pun sama saja. Dosen pembimbing saya juga mulai bingung. Tengah malam beliau mengirimkan pesan untuk menemui beliau keesokan harinya pukul tujuh. Saat itu juga saya bergegas tidur agar besok bisa bangun pagi. Akhirnya pukul tujuh lewat sedikit, saya sudah sampai. Dosen saya masih bercakap-cakap dengan seseorang dan kaget melihat saya yang sepagi itu sudah menunggu beliau.

Masih di ruang tunggu, beliau duduk di sebelah saya. Membantu saya mencari jalan keluar untuk masalah skripsi saya. Beliau meminta saya melakukan interaksi untuk seluruh kemungkinan variabel yang ada dengan tidak mempedulikan korelasi antar variabel. Setelah satu setengah jam berlalu, akhirnya saya menemukan kombinasi variabel yang hasilnya bagus, dibandingkan dengan analisis sebelumnya.

Alhamdulillah, saya pun selesai mengerjakan skripsi saya dan sekarang saya sedang menunggu seminar hasil dan sidang skripsi saya. Doakan saya ya teman-teman. Dan sampai jumpa di #5 yang insyaAllah akan menceritakan mengenai seminar hasil dan sidang skripsi saya.

Sabtu, 13 Mei 2017

Perjalanan cinTAku #3

Menyelesaikan 1/3 dari perjalanan Tugas Akhir, tidaklah mudah. Ada proses panjang yang mengiringi, mulai dari menentukan topik, mencari calon dosen pembimbing, berdiskusi untuk menentukan metode hingga mencari data. Dan menurut saya, justru proses itu lah yang paling sulit. Ketika saya harus berulang kali ganti topik dan metode, berulang kali revisi proposal sampai akhirnya, ya sampai akhirnya saya bisa daftar seminar proposal.

Lega, tentu saja. Setelah berhari-hari tidur pagi karena harus mengejar deadline, akhirnya terbayarkan sudah setelah mengumpulkan draft proposal TA dan berkas-berkas lainnya. Setidaknya satu kecemasan saya sudah lenyap.

Namun kecemasan pun berganti. Kali ini bukan lagi tentang topik, metode atau proposal. Lebih dari itu, ini tentang dosen penguji yang akan turut menentukan kelulusan mahasiswa tingkat akhir. Di Departemen Statistika ITS, ada dua dosen penguji. Dosen penguji 1 berasal dari satu lab yang sama dengan lab yang diambil mahasiswa tingkat akhir, sedangkan dosen penguji 2 berasal dari lintas lab.

Saya mengambil lab statistika sosial kependudukan. Menurut cerita dari senior, segalak-galaknya dosen penguji dari lab sosial, tidak lebih galak dari dosen penguji lab yang lain. Setelah beberapa hari menunggu, akhirnya jadwal seminar dan pembagian dosen penguji resmi dikeluarkan.

Alhamdulillah, tak hentinya saya panjatkan kepada Allah karena saya memperoleh dosen penguji yang menurut saya, tidak terlalu galak. Namun ujian datang kembali. H-1 dosen pembimbing memberikan kabar bahwa besok beliau tidak bisa karena ada pertemuan dengan pihak rektorat. Dosen pembimbing saya ini kepala Medical Center ITS dan baru menjabat sekitar satu tahun, jadi tidak enak kalau tidak hadir. Begitu kata beliau.

Untungnya bukan saya saja yang nyaris batal seminar, tetapi ada beberapa teman. Jadi saya tidak bingung sendirian. Kami pun mengurus jadwal bersama, mulai dari menemui admin prodi, menemui sekretaris prodi hingga menemui masing-masing dosen penguji. Mungkin hampir tiga kali kami bolak-balik ke ruangan dosen penguji.

Saya setuju kalau ada yang mengatakan, usaha tidak akan mengkhianati hasil. Setelah mengurus jadwal dan pontang-panting kesana-kemari, akhirnya jadwal seminar proposal saya hanya diundur satu hari.

Daaan...
Alhamdulillah seminar proposal saya lancar, meskipun saya beberapa kali nggak fokus ketika ditanya dosen penguji. Hehehe...

Cerita seputar mencari dan mengolah data, segera ya di #4. See you!

Sabtu, 22 April 2017

Perjalanan cinTAku #2

Alhamdulillah, perjalanan cinTAku berlanjut. Setelah ganti topik berulang kali, akhirnya topikku berhenti di kamu, iya kamu, tingkat partisipasi perempuan dalam angkatan kerja.

Topik TAku baru disetujui dosbing H-2 pengumpulan proposal, itupun pas malem hari sekitar jam sepuluh. Tentunya setelah melalui diskusi yang bikin aku pasrah, yang penting ibu bilang Ok.

Flashback ke #1, waktu itu dosbing nyaranin aku ganti topik tentang pertumbuhan ekonomi, karena beliau tahu, aku lebih tertarik dengan permasalahan ekonomi. Metode yang aku pakai masih sama, regresi probit. Ketika aku nyerahin proposal dan sedikit cerita mengenai topikku, dosbing bilang kalau pertumbuhan ekonomi tidak bisa dikategorikan. For your information, regresi probit digunakan ketika variabel respon yang digunakan berupa data kategorik. Dan setelah dosbing bilang kayak gitu, aku terduduk lemas sambil menatap dosbing dengan wajah melas.

Aku mencoba berpikir. Sebelum bimbingan, aku udah nyiapin beberapa permasalahan yang pengen aku diskusiin, di antaranya permasalahan tentang gender. Aku mulai membuka diskusi dengan membahas seputar isu gender. Setelah diskusi yang cukup lama, dosbing pun mengatakan kalau aku boleh nyoba pakai topik gender.

Lagi dan lagi, aku mulai nyari masalah, nyari referensi sana sini. Meskipun rasanya sudah bosan, tapi I have to fight for my bachelor-degree-soon. Kalau inget gimana bapak ibu kerja banting tulang, rasanya pengen ngerjain TA cuma seminggu, lalu sidang dan wisuda. Kelar. Tapi ini TA, bukan hanya sekedar ngerjain laporan praktikum yang variabel penelitian dan datanya bisa ngasal, nggak terlalu butuh teori ini itu. Dan yang namanya prosedur, tetap harus dijalankan. So, be patient yes buat semua mahasiswa tingkat akhir yang sedang berjuang dengan TA. Nikmati prosesnya, karena itu yang nanti bakal kamu kenang dan menjadi cerita untuk anak cucu.

Oke lanjut. Aku memutuskan untuk mengambil topik tentang Indeks Pembangunan Gender (IPG). Aslinya kurang sreg juga sama topik ini, tapi aku udah buntu maksimal. Udah gupuh juga karena deadline pengumpulan makin deket. Ya akhirnya aku bikin proposal dan menemui dosbing. Do you know, what was my dosbing said about gender? "Isu tentang gender itu kurang menarik mbak, coba cari topik yang lain." Maaak gimana kalau aku nggak usah TA aja tapi langsung wisuda?

Aku mulai frustasi. Dengan sangat terpaksa aku searching kembali mencari masalah lain. Lalu tiba-tiba, malam hari ketika H-2 pengumpulan proposal, dosbing ngechat "Mbak, isu tentang gender menarik untuk dibahas." Hampir aja aku ngelempar hp, saking gemesnya. Untung nggak jadi.

Nah setelah dosen mengatakan seperti itu, aku langsung berdiskusi. Aku tidak langsung menyetujui topik tersebut, karena sebelum dosbing bilang isu gender itu menarik, aku udah nemu topik lain. Aku mengajukan topik mengenai Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan (TPAK Perempuan). Alhamdulillah dosbing menyetujui. Dalam waktu empat hari, aku ngebut ngerjain proposal. Akhirnyaaa kekejar juga deadlinenya dan alhamdulillah aku bisa daftar seminar proposal. Meskipun proposalnya dikerjain dengan kilat sekilat-kilatnya.

Cerita tentang seminar proposal akan berlanjut di #3. Stay tuned ya.

Senin, 06 Februari 2017

Perjalanan cinTAku #1

Kalau baca judul di atas, pasti pada mikir kalau aku bakalan nulis tentang cinta, iya kan ? Hahaha, enggak lah, untuk beberapa bulan ke depan, aku bakalan fokus sama yang namanya TA (re: skripsi). Nggak usah aku jelasin ya apa itu TA atau skripsi, ya pokoknya itu lah, yang bikin mahasiswa tingkat akhir (bisa jadi) stres, lupa mandi dan merawat tubuh bahkan mungkin ada beberapa yang lupa makan juga. Tapi kalau aku mah bakalan tetep inget mandi dan makan kok, inget kamu juga *eh. 

Sekarang udah bukan waktunya mikirin yang namanya cinta, apalagi mikirin kamu yang udah mutusin aku karena suka sama cewek lain waktu KKN, NO. Udah lah, kelarin dulu tanggung jawab sama orang tua, lulus kuliah, dapet kerjaan yang baik (atau kerja nyambi S2 juga bisa) baru mikirin cinta (padahal masih suka galau tapi ngomong kayak gini, haha-in aja).

Okeee, udah cukup ya basa-basinya. Kali ini aku bakal cerita tentang perjuangan awalku ngerjain cinTA. Yup, aku udah mulai mikirin TA dari bulan agustus tahun lalu, tepatnya waktu aku ngurus laporan kp. Sebenernya dari smt 6 udah pengen lulus 3,5 tahun, soalnya kasian orang tua kalau harus bayarin ukt smt 8 yang rencananya ngambil TA doang. Kan lumayan tuh 2,5jeti buat beli hp baru hehehe. Tapi apa daya, kalau aku ngambil TA di smt 7, aku bakalan ngambil 23 sks, which is itu berat banget buat aku, karena kan aku juga masih ada amanah organisasi dan sisa mata kuliah yang harus aku ambil lumayan berat. Waktu perwalian, sebenernya udah pengen curhat ke dosen wali, sekalian nanya ke beliau apakah ada projek atau enggak. Lagi-lagi aku masih belum berani, jadilah aku cuma ngambil kuliah 14 sks (bayangkan aku gabutnya kayak apa smt 7 kemarin). 

Aku mulai nemuin (calon) dosen pembimbing bulan oktober tahun lalu, sebelum uts. Waktu itu sekalian bimbingan pkm trus bilang ke beliau kalau aku udah ada topik TA dan pengen beliau jadi dosen pembimbingku. Topik yang waktu itu aku ajuin tentang ketimpangan pembangunan wilayah antar kabupaten/kota di Jawa Timur. Buat dapetin topik itu susah banget, harus nyari masalah dengan berbagai macem kata kunci. Nyari topik itu ibarat nyari masalah dan aku nemu topik itu ketika bangun tidur masih nempel di kasur, aku iseng browsing, lalu nemu berita tentang lima masalah yang menurut Presiden Jokowi sangat krusial dan perlu ditangani, yaitu masalah ketimpangan, entah itu ketimpangan ekonomi atau sosial, lalu kriminalitas, pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba dan kemiskinan (kalau aku nggak salah inget). Nah aku nyari tuh jurnal tentang ketimpangan pembangunan ekonomi, karena menurut aku itu topik yang paling menarik. Akhirnya dapet juga referensi beberapa jurnal dan TA. Setelah aku baca-baca, metode yang digunakan kebanyakan adalah regresi panel. 

Aku mulai nyari-nyari referensi di ruang baca dan ternyata manajerku di bem dulu TAnya tentang regresi panel. Aku kontak mbaknya, bahkan sampai aku samperin ke kosnya (kurang so sweet apa akuuu). Alhamdulillah, mbaknya baik bangeeet. Aku dikasih satu folder yang isinya TA hasil kerjaannya dan segala macam e-book buat referensi hingga perhitungan secara manual (terharuuu). Tapi ketika untuk kedua kalinya aku nemuin (calon) dosen pembimbing, ternyata disuruh ganti metode. Aku disuruh ganti metode regresi probit ordinal. Padahal aku udah siap tempur dengan panel. Yaudah lah, kalau mamah sudah berkehendak, anak bisa apaaa. 

Lika-liku aku bimbingan nggak selamanya mulus, kayak kisah cintaku dulu sama kamu yang long distance relation-shit. I mean that, aku juga pernah di-php dosen (pasti semua mahasiswa tingkat akhir pernah lah ya di-php dosen pembimbing, dan jangan ditanya rasanya gimana). Jadi entah berapa kali aku sama temen-temen di-php, nggak ngitung. Waktu itu pernah janjian jam 1 siang habis jumatan, eh dosennya baru dateng jam setengah 4. Trus pernah juga janjian jam 2 siang, udah nungguin tuh, ada kali 2 jam lebih, eh ternyata disuruh nemuin besok aja, pernah juga janjian, pas udah di depan ruangan, dosennya bilang suruh tunggu dulu satu jam karena dosennya ada keperluan di luar. Eh pas udah balik dosennya malah ngurus sesuatu dan bilang kalau disuruh balik besok pagi. Yang paling nyeseeek, proposal gw enggak dikoreksi cuma dibolak-balik doang (sumpah ini sedih, lebih sedih dari diputusin kamu). 

Sempet juga waktu itu disuruh nambahin unit penelitian, yang awalnya se-Jawa Timur jadi se-Pulau Jawa. Akhirnya aku ngerevisi proposal. Aku juga mulai nyari data, tapi ternyata nggak semua provinsi datanya lengkap. So, I decided to back to the Jawa Timur, karena Jawa Timur yang datanya paling lengkap.

Data udah aku kumpulin dan udah mulai aku olah juga. Tiba saatnya bimbingan lagi dan duaaar aku salah ngolah data wkwkwk. Variabel Y-ku kan harusnya kategorik ya, kan regresi probit ordinal, eh ini malah masih kontinu. Kuliah baru libur beberapa minggu aja lupa konsep regresi (mahasiswa macem apa kau nak).

Selama liburan, aku bolak-balik Rbg-Sby. Pernah waktu itu dalam jangka waktu dua minggu, aku bolak-balik Rbg-Sby sampai tiga kali. Jadi pas udah balik ke Sby, aku putusin buat stay agak lama di Sby ngelarin proposal. Pas aku ngerevisi proposal, aku baru sadar kalau perhitungan variabel Y-ku salaaah lagiii (ini sampek bikin aku sakit kepala), ternyata aku butuh data PDRB seluruh kecamatan di Jawa Timur, karena variabel Y-ku adalah Indeks Williamson (cari aja sendiri ya apa itu indeks williamson) yang perhitungannya membutuhkan data wilayah di bawahnya (wilayah di bawah kabupaten/kota kan kecamatan). Aku sempet nyoba pake metode lain buat ngitung variabel Y, tapi ternyata malah nggak ada variabel X yang signifikan. Aku segera ngehubungin dosen pembimbing dan minta ketemu secepatnya. Akhirnya setelah ketemu, disuruh ganti topik, aku bisa ngambil topik pembangunan dari segi ekonomi atau laju pertumbuhan ekonominya. Huuuuuffffttt, dalam hati gw mbatin, ini harus berapa kali gw ganti proposal ?????

Finally, aku nyari-nyari masalah baru, karena ganti topik sama dengan nyari masalah baru. Setelah browsing lumayan lama, akhirnya aku memutuskan untuk mengambil topik laju pertumbuhan ekonomi. Karena laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur beberapa tahun belakangan ini mengalami penurunan, meskipun bisa dibilang cukup tinggi dan melebihi nasional, tapi yang namanya pertumbuhan kan yang diinginkan adalah adanya peningkatan. Nah berangkat dari masalah itu lah aku sekarang ini kembali nyusun proposal (yang paling baru dan insyaAllah fix). Doain yaaaaa....

...

Sekian dulu cerita #1, sampai jumpa di cerita selanjutnya!

Sabtu, 28 Januari 2017

kisah di balik senja, sebuah cerita tentang kepergian

Suatu hari, ketika senja di bukit harapan, untuk pertama kalinya aku melihat, ada rasa yang lebih dari sekedar teman di antara kalian. Rasanya campur aduk, antara sedih dan tidak percaya. Aku sedih karena ternyata, kamu memanfaatkan kesalahanku yang sebenarnya bisa diselesaikan tanpa kamu harus pergi. Namun, kamu memperbesar masalah itu untuk menutupi kesalahan yang kamu buat. Ya, kesalahan karena jatuh pada hati yang lain. 

Aku tidak menyalahkanmu. Semua orang berhak mendekatimu, semua orang pun berhak menyukaimu. Tapi, aku tidak percaya, kamu dengan mudahnya memberikan celah untuk dia masuk, menggantikan aku yang tak selalu bisa berada di sampingmu setiap saat. 

Sedari awal, tak banyak yang aku minta. Seperti kebanyakan wanita lain, yang hanya ingin prianya memberikan kabar, jujur dan mau terbuka. Aku tidak pernah memintamu untuk selalu memperlakukanku dengan manis, memberikan kejutan setiap saat, berkata manis yang akan membuatku senyum sepanjang hari, mengantar dan menjemputku kemana-mana, sering memberikan hadiah, mengajak makan malam romantis, nonton dan hal lainnya yang mungkin kerap dilakukan oleh pasangan lain di luar sana. Karena keinginanku itu, mungkin kamu mengira, aku selalu memintamu untuk menjadi seperti apa yang aku mau. Bukan, aku sama sekali tidak ingin merubahmu menjadi seperti apa yang aku mau. Aku hanya ingin, dalam jarak yang selama ini ada di antara kita, aku tidak semakin risau, karena aku tahu kamu akan baik-baik saja di sana. 

Jangan kamu kira, setiap kali aku marah karena kamu tak memberi kabar, aku tidak mendukung semua yang kamu lakukan di sana. Tidak sama sekali, karena dalam perbincanganku dengan Tuhan, namamu selalu ada menjadi yang kusebut. Berharap kamu baik-baik di sana, berharap kamu dapat mengejar apa yang menjadi impian kamu. Aku pernah bilang kan, aku selalu semangat kalau ada kamu. Ada bukan berarti kamu di sampingku, adamu cukup dengan memberikan kabar, aku sudah tenang dan sepanjang hari aku pun akan merasa semangat. Namun, kamu sama sekali tidak mau berusaha tentang hal ini denganku. Kamu egois, selalu ingin dimengerti. Dan sekarang, aku bisa apa, kalau kamu inginnya melepaskan, sementara aku ingin bertahan. 

Aku tidak bisa mendefinisikan kedekatan kalian, entah itu hanya perasaan sesaat karena kejenuhan dengan pasangan masing-masing atau kalian memang sungguh-sungguh sudah saling jatuh cinta. Apapun itu, semoga kamu bahagia dengan pilihanmu.

Tapi yang perlu kamu tahu, apa yang kamu lakukan ke orang lain, akan kembali ke kamu. Percaya nggak percaya. Bukan aku mendoakan hal yang buruk, justru aku mendoakan, semoga kamu bahagia dan semoga dia benar-benar baik dengan kamu. Semoga dia menjaga apa yang dulu selalu aku jaga. 

Goodbye, 25. I'll be fine... without you.

Sby, Ags2016

Rabu, 03 September 2014

Ketika Dia Tak Lagi Berada di Sampingku



Kedai kopi ini sudah sepi sejak satu jam yang lalu. Beberapa lampunya sudah mulai dimatikan. Tak ada satu pelanggan pun yang masih bertahan di sini kecuali aku. Pelayan yang lalu lalang membereskan meja telah berulang kali melirik tajam ke arahku, namun sayangnya aku tak peduli.
Malam ini tak ada yang ingin aku lakukan, selain duduk di sebuah kursi yang berada dekat dengan jendela. Kursi itu menghadap tepat ke taman kota. Ketika sore menjelang, bisa terlihat pemandangan senja yang indah dari sini. Sedangkan ketika malam hari, lampu-lampu taman kota yang berwarna-warni akan terlihat begitu menakjubkan.
Aku lupa kapan terakhir kali aku datang ke kedai kecil ini. Mungkin sekitar tiga tahun yang lalu. Aku sering datang ke tempat ini bersama dengan teman-temanku, awalnya. Namun setelah aku memiliki Ane, aku lebih sering nongkrong di tempat ini dengan dia. Ane adalah tunanganku. Dia gadis yang manis dan menyenangkan.
Terlalu banyak memori yang aku habiskan bersamanya di kedai kecil ini. Aku dan Ane sama-sama penikmat kopi, dan hanya di kedai inilah kami menemukan kopi terenak dari semua kedai kopi yang ada di Bandung.
Aku juga menyatakan perasaanku padanya di kedai kecil ini. Ketika itu aku dan dia masih sama-sama duduk di bangku kelas tiga SMA. Aku tahu dia anak rumahan. Ketika itu sangat sulit sekali untuk mengajak dia pergi. Sampai pada suatu hari aku memberanikan diri untuk mengajak Ane pergi. Aku meminta ijin terlebih dahulu kepada ayah Ane yang sangat over pretective padanya.
“Selamat malam, Om.” sapaku pada ayah Ane malam itu.
“Mau cari siapa ?” Ayah Ane yang lebih mirip anggota TNI pun menjawab dengan tegas hingga membuatku sedikit mengernyitkan dahi.
“Ng... saya cari Ane, Om. Sekalian saya mau minta ijin buat...” Aku belum selesai melanjutkan perkataanku ketika ayah Ane membentakku.
“Ane tak ada di rumah. Kau pergi saja.”
            Seketika itu jantungku rasanya ingin copot. Sebelumnya, aku tak pernah merasakan perasaan sehebat ini terhadap teman wanitaku. Ane yang pertama membuat jantungku berdetak ketika aku melihat wajah manisnya. Ane yang pertama membuatku merasa gugup ketika harus berbicara dengannya meskipun hanya sebentar saja.
            Namun aku tak putus asa. Tekadku untuk mengajak Ane pergi malam itu sudah bulat. Aku kembali mengetuk pintu rumah Ane dan berusaha membujuk ayah Ane untuk mengijinkan putri kesayangannya pergi bersamaku.
Akhirnya, meskipun dengan perdebatan panjang yang hampir tak selesai, ayah Ane mengijinkan Ane pergi bersamaku.
“Ingat, kau harus memulangkan putriku tak kurang dari pukul sebelas malam.” kata ayah Ane.
“Siap, Om.” Aku melirik ke arah Ane yang sedang tersenyum manis pada ayahnya. Sesaat kemudian, senyum manis itu tertuju padaku. Seketika itu pula jantungku berdetak ratusan kali lebih cepat.
            Aku tahu Ane suka minum kopi baru ketika aku mengajaknya keluar malam itu. “Kau mau kemana ?” tanyaku padanya yang sedang memeluk erat punggungku saat aku memboncengnya dengan motorku. “Aku ingin minum kopi saja, kau tahu di mana kedai kopi yang enak dan nyaman ?” Aku berpikir sejenak, lalu terbayang kedai kecil ini yang biasa aku kunjungi bersama dengan teman-temanku. “Kurasa aku tahu. Kau berpegangan saja ya, aku akan mengajakmu ke tempat yang kau mau.” Ane tak menjawabnya, namun dia memelukku semakin erat.
            Beberapa menit kemudian aku dan Ane sampai di depan sebuah kedai kecil. Aku bisa melihat kekaguman di raut wajah manis Ane ketika kami sampai di dalam. Aku mengajak Ane duduk di kursi yang berhadapan langsng dengan taman. Lampu taman yang berkelap kelip dengan indahnya, lalu lalang orang-orang yang sedang menikmati malam minggu, dan angkasa dengan hiasan bulan dan bintang yang bersinar dengan terangnya. Kombinasi yang sempurna.
            Aku mulai gugup, apalagi melihat Ane yang tak henti hentinya tersenyum. Aku bingung harus memulai pembicaraan dari mana.
“Kau kenapa ?” Pada akhirnya Ane lah yang memulai pembiacaraan malam itu.
“Tak apa-apa, aku hanya sedang mengagumi indahnya ciptaan Tuhan.” Ane kembali menatapku dan tersenyum.
            Aku membiarkan Ane menikmati pemandangan di depannya sebelum aku memegang tangannya. “Ane... be with me, will you ?” Ane dengan sekejap menoleh ke arahku. Aku sudah berusaha mengatur degup di dadaku. Tapi aku tak berhasil. Mungkin, Ane juga mendengar degup itu yang semakin keras.
“Yes, I will.”
            Tak ada kata yang lebih indah yang aku dengar malam itu selain kata yang baru saja diucapkan oleh Ane.
            Malam itu benar-benar malam yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Meskipun semuanya tak lagi sama seperti malam ini, meskipun raga Ane tak bisa lagi kurengkuh, meskipun jarak di antara kita tak lagi tentang jarak yang bisa dihitung dengan satuan meter, tetapi kenangan-kenangan yang tercipta antara aku dan Ane tak akan pernah aku lupakan. Miss you so bad, my girl, Ane.

Sabtu, 22 Desember 2012

Senja, Pelabuhan, Kamu, dan Dia

Suatu sore, menjelang senja, aku kembali menjelajahi pelabuhan. Membawa kamera kesayanganku, dan tentunya berjalan kesana-kemari untuk mencari objek gambar yang bagus. Di sela-sela jepretanku, aku melihat sosok yang begitu kukenal sedang duduk sendiri di sudut pelabuhan. Ya, dia adalah Romi. Seorang cowok yang sudah sejak lama aku cintai.
Aku mencoba mendekatinya, dan dia mengetahui kedatanganku. “Hai, Ami.” sapanya. “Hai juga, Rom. Boleh duduk di sini ?” tanyaku. “Boleh kok, duduk aja.” Romi tersenyum manis sekali sambil mempersilakan aku duduk di sampingnya. “Kamu lagi ngapain di sini ?” tanyanya. “Biasa ... jepret-jepret. Kalau kamu ?” jawabku sembari menunjukkan kameraku padanya. “Emm ... “ Romi memintaku untuk melihat ke arah yang ditunjuk oleh jemarinya. Aku tertegun. Yang aku lihat adalah seorang cewek cantik yang sedang berlari menuju ke arah kami. “Aku bersamanya.” kata Romi. Cewek itu terus memanggil Romi dari kejauhan. “Romi... aku baru saja mengambil bunga dari sana. Iniii, cantik kan ? ” Cewek itu menyodorkan seikat bunga warna-warni yang cantik.
Romi berdiri, mengambil bunga yang telah diikat rapi oleh cewek itu. Lalu mereka ... berpelukan. Aku hanya bisa tersenyum pahit. Bagaimana tidak ? Aku sudah lama mencintai Romi. Dan selama ini hubungan kami sangat dekat. Yang aku tahu, Romi tidak pernah mempunyai teman dekat selain aku. Tapi cewek itu, siapa dia ?
Lamunanku buyar. Romi mulai memperkenalkan cewek itu. “Ami ... berdiri dong. Kenalin, ini Mega. Pacarku ...” Tubuhku mendadak lemas mendengarnya. Aku menatap Romi dalam-dalam seolah meminta penjalsan sedetail mungkin atas semua ini. “Hey, Am ... kok bengong ?” Romi mengayunkan tangannya tepat di depan wajahku yang mendadak kusut. “Eh iya maaf ... aku Ami. Senang berkenalan denganmu.” kataku lirih sembari menjabat tangan Mega.
Aku memberikan senyum termanisku pada Mega, walau terkesan dipaksakan. Kami bertiga emudian duduk bersama di pelabuhan, mengobrol sekenanya. Tiba-tiba, aku mulai cemburu dengan kedekatan mereka berdua. Aku tak ingin berlama-lama berada di tempat ini. Akhirnya aku putuskan untuk pergi menjauh dari mereka. Aku pulang.
Apapun usaha yang aku lakukan untuk tetap terlihat tegar di hadapan mereka, aku tetaplah seorang wanita yang akan terluka bila melihat orang yang dicintainya bersama dengan orang lain, di depan mata.
“Senja, pelabuhan, kamu, dan dia adalah hal yang ingin aku lupakan secepatnya.” batinku.

Minggu, 16 Desember 2012

Aku masih ingat dengan jelas, kawan...


Aku masih ingat tentang tangisan itu
Aku masih ingat tentang rasa sakit itu
Waktu itu aku nyaris menyerah
Aku nyaris merobek kertas itu dan membuangnya di tempat sampah
Mereka semua tertawa, sedangkan aku ? 
Aku mengunci diri di kamar mandi, dan tiba-tiba keluar dengan  mata sembab
Tuhan tahu tentangku, dan tentang kalian
Tuhan juga tahu tentang ketidakjujuran itu